Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja suatu organisasi ditentukan oleh suasana lingkungan
kerja di dalam organisasi itu (Brookover et al., 1978; Purkey dan Smith, 1985;
Hughes, 1991). Demikian juga halnya, kinerja sekolah ditentukan oleh suasana
atau iklim lingkungan dan budaya kerja pada sekolah tersebut. Di negara-negara
maju, riset tentang budaya dan iklim di sekolah telah berkembang dengan mapan
dan memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan sekolah-sekolah
yang efektif. Ditegaskan bahwa jika guru merasakan suasana kerja yang kondusif
di sekolahnya, maka dapat diharapkan siswanya akan mencapai prestasi akademik
yang memuaskan.
Brookover dan kawan-kawan (1978) menyatakan bahwa kekondusifan
iklim kerja suatu sekolah mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas
sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa. Lebih
tegas lagi, Purkey dan Smith (1985) menyatakan bahwa prestasi akademik siswa
dipengaruhi sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau budaya dan iklim kerja
sekolah. Selanjutnya Hughes (1991) menegaskan bahwa setiap sekolah mempunyai
karakter suasana kerja yang akan mempengaruhi keberhasilan proses kegiatan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian dapat diartikan bahwa lingkungan sosial
pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor guru dan staf tata usaha)
mempunyai pengaruh baik langsung maupun tak langsung terhadap proses
pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolah memiliki
peran yang sangat besar dalam menciptakan budaya dan iklim sekolah yang
kondusif dan inovatif karena fungsi kepala sekolah merupakan motor penggerak,
penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai
pengelola institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu
meningkatkan efektifitas kinerjanya. Selengkapnya DOWNLOAD
0 komentar:
Posting Komentar